Pada tahun 1921 Pendeta W.H. Offiler dari “Bethel Pentacostal Temple Inc.” di Seattle, Washington, USA mengurus dua orang missionarinya,yaitu Rev. Van Kleveren dan Groesbeek, bangsa Amerika keturunan Belanda. Dengan Rev. J. Thiessen dan F.G. Van Gessel mereka merupakan pionir dari “Gerakan Pantekosta” di Indonesia. Mula-mula mereka memberitakan Injil di Bali, tetapi dengan pimpinan Tuhan mereka pindah ke Cepu, Jawa Tengah. Di sini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, seorang Kristen injili yang bekerja pada Bataafsche Petroleum Maatschappij (Perusahaan Minyak Belanda).
roosbeek mengambil kedudukannya di Cepu, tetapi Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur. Van Gessel tahun sebelumnya telah bertobat dan menerima hidup baru dalam kebaktian “Vrije Evangelisatie Bond” yang dipimpin oleh Ds.C.H. Hoekendijk (ayah dari Karel Hoekendjik). Groosbeek mengadakan kebaktian bersama-sama dengan Van Gessel.
Di bulan Januari 1923 Nyonya Van Gessel sebagai wanita yang pertama di Indonesia menerima baptisan Roh Kudus sesuai dengan Friman Tuhan. Suaminya F.G. Van Gessel juga menerima baptisan Roh Kudus, beberapa bulan kemudian. Jemaat Cepu yang kecil itu, pada 30 Maret 1923 telah mengadakan Baptisan Air yang pertama. Groesbeek mengundang J. Thiessen dan Weenink Van Loon dari Bandung untuk turut hadir dalam pelayanan baptisan air yang pertama ini.
Pada hari Jumat Agung itu lima belas jiwa baru telah dibaptiskan. Dalam kebaktian-kebaktian yang diadakan bersama itu, sepuluh anggota lagi menerima Baptisan Roh Kudus. Tuhan bekerja dengan heran dan menyembuhkan banyak orang sakit secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu. Dan inilah permulaan dari kegerakan Pantekosta di Negara Indonesia.
Kemudian Groesbeek pindah ke Surabaya, dan Van Gessel pegawai tinggi BPM itu telah menjadi Evangelist dan meneruskan memimpin Jemaat Cepu. Pada bulan April 1926 berpindah lagi ke Groesbeek dan Van Klaveren ke Batavia (Jakarta). Van Gessel merasa panggilan Tuhan untuk memimpin Jemaat Tuhan di Surabaya, maka ia meletakkan jabatannya sebagai Pegawai Tinggi di BPM dan pindah ke Surabaya.
Jemaat yang dipimpin Van Gessel itu bertumbuh dan berkembang dengan pesat di tengah-tengah segala angin ribut perlawanan. Sementara itu banyak cabang-cabang jemaat telah dibuka di mana-mana, sehingga mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “De Pinksterkerk in Indonesia” (sekarang Gereja Pantekosta di Indonesia).
Pada tahun 1932 Tuhan memberkati jemaat-Nya di Surabaya dengan sebuah Gedung Gereja dengan kapasitas 1.000 tempat duduk (gereja yang terbesar di Surabaya pada waktu itu).
Van Gessel mulai meluaskan pelajaran Alkitab yang disebutnya “Studi Tabernakel”, tahun 1935. Sementara itu Bethel Pentacostal Temple di Seattle, Washington, dalam tahun 1935 itu, mengurus beberapa Missionari lagi. Satu di antaranya yaitu, W.W. Patterson membuka Sekolah Akitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies Bible Institute). Sesudah Perang Dunia II, misionari-misinonari itu membuka Sekolah Alkitab di berbagai tempat.
Sesudah pecah perang, maka pimpinan gereja harus diserahkan kepada orang Indonesia. H.N. Rungkat terpilih sebagai ketua Gereja Pentakosta di Indonesia untuk menggantikan F.G Van Gessel . Roh Nasionalisme yang masih berkobar-kobar pada waktu itu, juga meliputi suasana kebaktian dalam gereja-gereja Pentakosta hal mana menyadari Van Gessel bahwa ia tidak bisa lagi bertindak sebagai pemimpin.
Antara pendeta-pendeta yang tidak merasa puas dengan keadaan rohani Gereja Pentakosta di kala itu, adalah Pdt. H.L Senduk. Keberatan juga diajukan terhadap kekuatan otoriter dalam Pengurus Pusat Gereja tersebut. Ketidakpuasan ini mengakibatkan sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang, memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta, dan pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, membentuk suatu Organisasi Gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)
.
Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin Rohani” dan H.L Senduk ditunjuk menjadi “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). H.L, Senduk adalah Pendeta dari jemaatnya di Jakarta sedangkan Van Gessel memimpin jemaatnya di dua kota yang terpenting di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya.
Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu dibawah Pemerintahan Belanda). Jemaatnya di Surabaya diserahkannya kepada anak mantunya, Pdt. C. Totays. di Hollandia (sekarang Jayapura). Van Gessel membentuk suatu Organisasi baru yang bernama “Bethel Pinkesterkerk” (sekarang Bethel Pentakosta). Pada tahun 1957, Van Gessel meninggal dunia, akhirnya pelayanan diteruskan oleh anak mantunya, C. Totays, sebagai pimpinan Jemaat Bethel Pinkesterkerk.
Sesudah Irian Jaya diserahkan kembali kepada Pemerintah Indonesia, maka pada tahun 1962 semua warga negara Kerajaan Belanda harus kembali ke Nederland. Jemaat berbahasa Belanda di Hollandia ditutup, tetapi jemaat-jemaat berbahasa Indonesia berjalan terus di bawah pimpinan Pendeta-pendeta Indonesia.
Roda sejarah berputar terus, dan GBIS dibawah pimpinan H.L. Senduk berkembang dengan pesat. Tetapi GBIS ini merupakan suatu proses untuk melahirkan suatu Gereja yang lebih dinamis. Bermacam-macam kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi H.L. Senduk. Puncak krisisnya adalah pada tahun 1968/1969 dimana oleh suatu keputusan Menteri Agama, mereka menghadapi jalan buntu yang mati total. Gereja menghadapi kehancuran atau….."harus ikut arus" yaitu melawan hati nurani sendiri dan melawan Firman Tuhan.
H.L. Senduk Bersama Istri & Anak-anak
Dengan pergumulan doa dan puasa, maka Tuhan telah membuka jalan dengan ajaib, sehingga pada 6 Oktober 1970 di kota Sukabumi, Jawa Barat, H.L. Senduk dan rekan-rekannya dapat membentuk suatu Organisasi Gereja baru yang bernama “Gereja Bethel Indonesia” (GBI) yang pada tahun 1972 telah diakui oleh Pemerintah dengan sah sebagai suatu KERKGENOOTSCHAP, yang berhak hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
Mulai dengan hanya kurang dari 20 jemaat, tetapi saat ini jumlah jemaat GBI mencapai 4.500-an, yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dan Luar Negeri, sedangkan jumlah pejabat sebanyak kurang lebih 15.000 orang. Tuhan Yesus Kepala Gereja GBI akan terus memimpin dan mengembangkan Gereja-Nya sesuai dengan rencana-Nya untuk bangsa Indonesia.
(Sumber dari BPH GBI)
Sejarah GBI 7 November 2009
Gereja Bethel Indonesia, disingkat GBI, adalah salah satu sinode gereja di Indonesia yang bernaung di bawah Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Selain PGI, GBI juga merupakan anggota dari Dewan Pentakosta Indonesia (DPI) dan Persekutuan Injili Indonesia (PII).
Sejarah pendirian
Pada 6 Oktober 1970, di Sukabumi, Jawa Barat, Pdt. H.L. Senduk (yang juga dikenal sebagai Oom Ho) dan rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI). Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember 1972.
Pada tahun 1922, Pendeta W.H. Offiler dari Bethel Pentecostal Temple Inc., Seattle, Washington, Amerika Serikat, mengutus dua orang misionarisnya ke Indonesia, yaitu Pdt. Van Klaveren dan Groesbeek, orang Amerika keturunan Belanda.
Pada mulanya mereka memberitakan Injil di Bali, tetapi kemudian pindah ke Cepu, Jawa Tengah. Di sini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, seorang Kristen Injili yang bekerja pada Perusahaan Minyak Belanda Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Van Gessel pada tahun sebelumnya telah bertobat dan menerima hidup baru dalam kebaktian Vrije Evangelisatie Bond yang dipimpin oleh Pdt. C.H. Hoekendijk (ayah dari Karel Hoekendjik).
Groosbeek kemudian menetap di Cepu dan mengadakan kebaktian bersama-sama dengan Van Gessel. Sementara itu, Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur.
Januari 1923, Nyonya Van Gessel sebagai wanita yang pertama di Indonesia menerima Baptisan Roh Kudus dan demikian pula dengan suaminya beberapa bulan setelahnya.
Tanggal 30 Maret 1923, pada hari raya Jumat Agung, Groesbeek mengundang Pdt. J. Thiessen dan Weenink Van Loon dari Bandung dalam rangka pelayanan baptisan air pertama kalinya di Jemaat Cepu ini. Pada hari itu, lima belas jiwa baru dibaptiskan.
Dalam kebaktian-kebaktian berikutnya, bertambah-tambah lagi jemaat yang menerima Baptisan Roh Kudus, banyak orang sakit mengalami kesembuhan secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu.
Inilah permulaan dari gerakan Pentakosta di Indonesia. Berempat, Van Klaveren, Groesbeek, Van Gessel, dan Pdt. J. Thiessen, berempat merupakan pionir dari “Gerakan Pentakosta” di Indonesia.
Kemudian Groesbeek pindah ke Surabaya, dan Van Gessel telah menjadi Evangelis yang meneruskan memimpin Jemaat Cepu.
April 1926, Groesbeek dan Van Klaveren berpindah lagi ke Batavia (Jakarta). Sementara Van Gessel meletakkan jabatannya sebagai Pegawai Tinggi di BPM dan pindah ke Surabaya untuk memimpin Jemaat Surabaya.
Jemaat yang dipimpin Van Gessel itu bertumbuh dan berkembang pesat dengan membuka cabang-cabang di mana-mana, sehingga mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “De Pinksterkerk in Indonesia” (sekarang Gereja Pantekosta di Indonesia).
Pada 1932, Jemaat di Surabaya ini membangun gedung Gereja dengan kapasitas 1.000 tempat duduk (gereja yang terbesar di Surabaya pada waktu itu).
Tahun 1935, Van Gessel mulai meluaskan pelajaran Alkitab yang disebutnya “Studi Tabernakel”.
Gereja Bethel Pentecostal Temple, Seattle, kemudian mengurus beberapa misionaris lagi. Satu di antaranya yaitu, W.W. Patterson membuka Sekolah Akitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies Bible Institute). Sesudah Perang Dunia II, para misionaris itu membuka Sekolah Alkitab di berbagai tempat.
Sesudah pecah perang, maka pimpinan gereja harus diserahkan kepada orang Indonesia. H.N. Rungkat terpilih sebagai ketua Gereja Pentakosta di Indonesia untuk menggantikan Van Gessel.
Jemaat gereja yang seharusnya menjaga jarak dari sikap politik yang terpecah belah terjebak dalam nasionalisme yang tengah berkobar-kobar pada saat itu. Akibatnya roh nasionalisme meliputi suasana kebaktian dalam gereja-gereja Pentakosta. Van Gessel menyadari bahwa ia tidak bisa lagi bertindak sebagai pemimpin.
Kondisi rohani Gereja Pentakosta di saat itu menyebabkan ketidakpuasan di sebagian kalangan pendeta-pendeta Gereja tersebut. Ketidakpuasan ini juga ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja.
Akibatnya, sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang, memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta, di antaranya adalah Pdt. H.L. Senduk.
Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, mereka kemudian membentuk suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).
Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin Rohani” dan H.L Senduk ditunjuk menjadi “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). Senduk berperan sebagai Pendeta dari jemaatnya di Jakarta, sedangkan Van Gessel memimpin jemaatnya di Jakarta dan Surabaya.
Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu di bawah Pemerintahan Belanda). Jemaat Surabaya diserahkannya kepada menantunya, Pdt. C. Totays.
Di Hollandia (sekarang Jayapura). Van Gessel membentuk suatu organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk (sekarang Bethel Pentakosta). Van Gessel kemudian meninggal dunia pada tahun 1957 dan kepemimpinan Jemaat Bethel Pinkesterkerk diteruskan oleh Pdt. C. Totays.
Tahun 1962, sesudah Irian Jaya diserahkan kembali kepada Pemerintah Indonesia, maka semua warga negara Kerajaan Belanda harus kembali ke negerinya. Jemaat berbahasa Belanda di Hollandia ditutup, tetapi jemaat-jemaat berbahasa Indonesia berjalan terus di bawah pimpinan Pendeta-pendeta Indonesia.
Roda sejarah berputar terus, dan GBIS di bawah pimpinan H.L. Senduk berkembang dengan pesat. Bermacam-macam kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi organisasi ini. Namun semakin besarnya organisasi, begitu banyak kepentingan yang harus diakomodasi.
Pada 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS diambil alih oleh pihak-pihak lain yang disokong suatu keputusan Menteri Agama. Senduk dan pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS.
6 Oktober 1970, H.L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi Gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan diakui pemerintah secara sah pada tahun 1972 sebagai suatu Kerkgenootschap yang berhak hidup dan berkembang di bumi Indonesia.
Pdt H.L. Senduk melayani GBI Jemaat Petamburan dibantu oleh istrinya Pdt Helen Theska Senduk, Pdt Thio Tjong Koan, dan Pdt Harun Sutanto. Pada tahun 1972, Pdt H.L. Senduk memanggil anak rohaninya, Pdt S.J. Mesach dan Pdt Olly Mesach untuk membantu pelayanan di GBI Jemaat Petamburan. Saat itu, Pdt S.J. Mesach telah menjadi Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963.
Pdt HL Senduk berpulang ke Rumah Bapa pada tanggal 26 Februari 2008, setelah lebih dahulu ditinggal istrinya tercinta. Ia meninggalkan visi 10000 gereja GBI bagi generasi berikutnya.
Pengakuan Iman
Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia
Aku percaya bahwa:
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus, tiga Pribadi di dalam satu.
Yesus Kristus adalah anak Allah yang tunggal dilahirkan oleh perawan Maria yang dinaungi oleh Roh Kudus, bahwa Yesus telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, bahwa Ia telah naik ke Surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan, Juruselamat dan Pengatara kita.
Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.
Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa Firman Allah dan Roh Kudus, karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.
Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.
yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.
Badan Pekerja Sinode
Kegiatan sehari-hari Sinode dipimpin oleh “Badan Pekerja Harian” (BPH) yang terdiri atas Ketua Umum dan beberapa ketua, Sekretaris Umum dan beberapa sekretaris, Bendahara Umum dan beberapa bendahara, serta Ketua-Ketua Departemen.
Ketua Umum Sinode GBI untuk periode kerja 2004-2012 adalah Pdt. DR. Jacob Nahuway, MA. Sekretaris Umum dijabat oleh Pdt. H. Ferry Haurissa Kakiay, STh., dan Bendahara Umum dijabat oleh Pdt. Arjiwanto Tjokro.
Departemen-departemen yang membantu dalam BPH adalah Departemen Theologia, Departemen Pendidikan, Departemen Wanita, Departemen Pemuda dan Anak, Departemen Media dan Litbang, Departemen Pekabaran Injil, Departemen Misi, Departemen Pelayanan Masyarakat, Departemen Hukum dan Advokasi, Departemen Gereja dan Masyarakat, Departemen Usaha dan Dana, dan Departemen Hubungan Luar Negeri.
Sekolah Teologi
Untuk melengkapi pemahaman akan Firman Tuhan, maka Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI mempunyai Lembaga Pendidikan Theologi yang berada di Jakarta dengan nama Seminari Bethel. Seminari Bethel Jakarta terletak di Jl. Petamburan IV/5 Tanah Abang, Jakarta Pusat 10260, Indonesia. Seminari Bethel Jakarta menaungi beberapa unit pendidikan, yaitu: 1. Sekolah Penginjil (SP). Program Sertifikat, dengan lama studi 1 tahun) 2. Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK). Pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMTK telah mendapatkan status akreditasi dengan predikat A-Unggul dari Departemen Agama. 3. Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI). ITKI menyelenggarakan beberapa program pendidikan dari Strata 1 (S1) sampai Strata 3 (S3). Program S1 menyelenggarakan program studi: Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Misi. Program S2 menyelenggarakan program: Master of Arts in Church Ministry (MACM) dan Magister Theologi (M.Th) dengan program studi: Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Pastoral Konseling. Program S3 menyelenggarakan program studi: Doctor of Ministry (D.Min) dengan program studi: Teologi, Pendidikan Agama Kristen, dan Konseling Pastoral.
Sinode Baru
Seperti GBI yang merupakan sinode yang lahir dari tubuh Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) dan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI), maka dari tubuh Sinode GBI juga lahir beberapa sinode-sinode baru yang memisahkan diri, di antaranya:
Gereja Bethany Indonesia
Gereja Mawar Sharon
Gereja Tiberias Indonesia
Gereja Berita Injil
Badan Pekerja Harian GBI
Kegiatan sehari-hari Sinode dipimpin oleh Badan Pekerja Harian (BPH) yang terdiri atas Ketua Umum dan beberapa Ketua, Sekretaris Umum dan beberapa Sekretaris, Bendahara Umum dan beberapa Bendahara, serta Ketua-Ketua Departemen dan Ketua-ketua Biro.
Periode kerja 2014-2018
Ketua Umum |
: |
Pdt. Dr. Japarlin Marbun |
Ketua Pembinaan Keluarga |
: |
Pdt. Dr. dr. Dwidjo Saputro, SpKJ |
Ketua Pembinaan Wilayah |
: |
Pdt. Melianus Kakiay, M.Th |
Ketua Litbang dan Networking |
: |
Pdt. Josia Abdi Saputera, M.Th |
Ketua Teologia dan Pendidikan |
: |
Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham |
Ketua Misi dan Pelmas |
: |
Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th |
|
|
|
Sekretaris Umum |
: |
Pdt. Paul Rudyanto Widjaja |
Sekretaris I |
: |
Pdt. Himawan Leonardo |
Sekretaris II |
: |
Pdt. Naftali Untung, M.Th |
|
|
|
Bendahara Umum |
: |
Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th |
Bendahara |
: |
Pdt. Budyanto Totong |
|
|
|
Departemen-departemen |
||
Departemen Pemuda dan Anak |
: |
Pdt. Timotius Tan, MA |
Departemen Wanita (WBI) |
: |
Pdt. dr. Eunike Stephanie Mesach |
|
|
|
Departemen Pembinaan Regional I (BPD Sumatera, DKI, Banten, Jawa Barat, Bekasi) |
: |
Pdt. Heru Cahyono, M.Th |
|
|
|
Departemen Pembinaan Regional II (BPD Jawa Tengah, Jawa Timur, Surabaya, Bali-NTB, NTT) |
: |
Pdt. Dr. Ec. M. Sudhi Dharma |
|
|
|
Departemen Pembinaan Regional III (BPD Sulawesi, Ambon dan Papua) |
: |
Pdt. Steve Retraubun, SH |
|
|
|
Departemen Teologia |
: |
Pdt. Hengky So, S.Th |
– Biro Pengembangan dan Sosialisasi Ajaran |
: |
Pdt. Dr. Jonathan Trisna |
– Biro Pembinaan Warga Gereja / Pemuridan |
: |
Pdt. Lukas Tahir |
– Biro Pendewasaan Warga Jemaat / Pelatihan |
: |
Pdt. Joel Manalu, M.Th |
|
|
|
Departemen Pendidikan dan Latihan |
: |
Pdt. Dr. Purim Marbun |
– Biro Pendidikan Umum |
: |
Pdm. Dr. Bob Foster Sinaga |
– Biro Pendidikan Teologia |
: |
Pdt. Dr. Gernaida Pantan |
– Biro Diklat dan Sertifikasi Pejabat |
: |
Pdt. Dongani Sitanggang, M.Th ( RIP* 8 Juli 2016 ) |
|
|
|
Departemen PI – Misi |
: |
Pdt. Dr. Ronny Daud Simeon, SE., MPM |
– Biro PI |
: |
Pdt. Pondang Hasibuan, S.Th |
– Biro Misi |
: |
Pdt. Henoch Budiyanto, M.Th |
|
|
|
Departemen Pelayanan Masyarakat |
: |
Pdt. Yonathan Wiryohadi, M.Th |
– Biro Hukum dan Advokasi |
: |
Pdt. Dr. Hanan Suharto, M.Hum |
– Biro Pelayanan Sosial |
: |
Pdt. Didimus Fingkreuw, M.Th |
– Biro Pengembangan Masyarakat |
: |
Pdt. Dr. Shepard Supit |
|
|
|
Departemen Litbang dan jaringan |
: |
Pdt. Juan Mogi, MA |
– Biro Litbang |
: |
Pdt. Andy Tjokro |
– Biro Jaringan |
: |
Pdt. Martinus Yosua Supit |
|
|
|
Biro Media (Dibawah Sekretaris Umum) |
: |
Pdt. Dr. Timotius Hardono |
|